![]() |
| Faktor Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno |
Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di Nusantara, terutama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-8 Masehi dan dikenal sebagai pusat kebudayaan, agama, dan pemerintahan yang maju. Namun, seiring berjalannya waktu, kejayaan Mataram Kuno mulai meredup hingga akhirnya mengalami kemunduran dan runtuh. Lantas, apa saja faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Mataram Kuno? Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Bencana Alam: Letusan Gunung Merapi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Mataram Kuno adalah letusan Gunung Merapi. Catatan sejarah dan temuan arkeologi menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada masa itu sangat dahsyat. Abu vulkanik dan aliran lahar menutupi wilayah sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Mataram.
Letusan besar ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan pertanian dan permukiman penduduk, sehingga perekonomian kerajaan lumpuh. Akibatnya, pusat pemerintahan terpaksa dipindahkan ke wilayah timur, tepatnya ke Jawa Timur, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Medang di bawah pemerintahan Mpu Sindok.
2. Perebutan Kekuasaan Internal
Selain bencana alam, konflik internal dan perebutan kekuasaan turut memperlemah kerajaan. Setelah masa pemerintahan Raja Balitung, muncul perebutan takhta di kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan. Perpecahan ini menyebabkan stabilitas politik terganggu.
Raja-raja berikutnya mengalami kesulitan untuk mempertahankan kekuasaan secara utuh karena adanya pemberontakan dari daerah bawahan yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Kondisi ini membuat kekuatan kerajaan semakin menurun, baik secara militer maupun ekonomi.
3. Pindahnya Pusat Pemerintahan ke Jawa Timur
Setelah bencana alam dan konflik internal, Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sekitar tahun 929 Masehi. Langkah ini dilakukan untuk menghindari ancaman letusan Gunung Merapi serta menjaga stabilitas kerajaan.
Namun, pemindahan ini justru melemahkan identitas dan kekuasaan Mataram Kuno di wilayah asalnya. Banyak peninggalan budaya, candi, dan situs keagamaan yang ditinggalkan begitu saja. Selain itu, pemindahan ini membuat kerajaan harus memulai pembangunan dari awal di wilayah baru, sehingga kekuatannya berkurang secara signifikan.
4. Menurunnya Pengaruh Agama Hindu-Buddha
Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Namun, seiring berjalannya waktu, pengaruh agama Hindu-Buddha mulai menurun, terutama dengan masuknya ajaran Islam dan pengaruh perdagangan internasional di pesisir utara Jawa.
Kemunduran pengaruh agama ini berdampak pada berkurangnya dukungan masyarakat dan tokoh agama terhadap pemerintahan, karena banyak wilayah mulai beralih ke sistem dan kepercayaan baru. Kondisi ini turut mempercepat melemahnya struktur sosial dan budaya kerajaan.
5. Tekanan dari Kerajaan dan Bangsa Lain
Faktor eksternal juga berperan penting dalam kemunduran Kerajaan Mataram Kuno. Wilayah Nusantara pada masa itu menjadi jalur perdagangan strategis yang diperebutkan oleh berbagai kerajaan, seperti Sriwijaya di Sumatra dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Jawa.
Kerajaan Sriwijaya, yang memiliki kekuatan maritim kuat, sering kali menghambat jalur perdagangan Mataram sehingga perekonomian kerajaan melemah. Tidak hanya itu, beberapa catatan sejarah menunjukkan adanya serangan militer Sriwijaya terhadap Mataram, yang mempercepat kehancuran kekuasaan kerajaan ini di Jawa Tengah.
6. Kemunduran Ekonomi dan Pertanian
Sebagian besar kehidupan masyarakat Mataram bergantung pada sektor pertanian, terutama karena wilayah Jawa Tengah sangat subur. Namun, setelah letusan Gunung Merapi dan kerusakan infrastruktur, hasil pertanian menurun drastis. Jalur perdagangan juga terganggu akibat bencana dan konflik, sehingga kerajaan kehilangan sumber pendapatan utama.
Kemunduran ekonomi ini menyebabkan melemahnya kekuatan politik dan militer, karena kerajaan tidak lagi mampu membiayai pasukan dan pembangunan seperti pada masa jayanya.
7. Pergeseran Pusat Kekuasaan dan Identitas
Setelah Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur, identitas Mataram Kuno secara perlahan berubah menjadi Kerajaan Medang. Meski secara administratif masih berhubungan, namun secara budaya dan politik, kekuasaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dapat dikatakan berakhir.
Perubahan lokasi ini juga mencerminkan pergeseran pusat kebudayaan Jawa dari wilayah tengah ke timur, yang kemudian melahirkan kerajaan-kerajaan besar berikutnya seperti Kediri, Singasari, dan Majapahit.
